
Salafus Shalih Dan Al-Qur`an
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa
sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata: ‘Rasulullah shallalahu ‘alahi wa sallam bersabda kepadaku:
‘Bacalah al-Qur`an setiap bulan (satu kali khatam).’ Ia
berkata: ‘Aku berkata: ‘Sesungguhnya saya mendapat kekuatan
(lebih dari itu).’ Beliau shallalahu ‘alahi wa sallam bersabda:
‘Bacalah dalam dua puluh malam.’ Ia berkata: ‘Aku berkata:
‘Sesungguhnya saya mendapat kekuatan (lebih dari itu).’ Beliau
shallalahu ‘alahi wa sallam bersabda: ‘Maka bacalah dalam tujuh
hari dan jangan engkau menambah atas hal itu.’ 0F
1
1 Muttafaqun ‘alaihi. Al-Bukhari dalam Fadhail al-Qur`an, bab Berapa
membaca al-Qur`an, no. 5054 dan Muslim dalam kitab shaum, bab larangan
puasa setahun penuh no. 184.
Adz-Dzahaby rahimahullah memberi komentar terhadap
hadits tersebut: ‘Shahih bahwa Nabi shallalahu ‘alahi wa sallam
menurunkan hingga tiga malam dan melarangnya membaca kurang
dari tiga malam.2 Dan ini pada sesuatu yang telah diturunkan dari al
Qur`an, kemudian setelah sabda beliau ini turun yang tersisa dari al
Qur`an. Maka sekurang kurang tingkatan larangan bahwa
dimakruhkan membaca semua al-Qur`an kurang dari tiga hari. Maka
tidak bisa memahami dan tidak dapat tadabbur orang yang
membaca kurang dari itu. Jika ia membaca dan mentartilkan dalam
satu minggu dan istiqamah atas hal itu niscaya merupakan amal
ibadah yang utama, agama itu sangat mudah.
Demi Allah, sesungguhnya membaca sepertujuh al-Qur`an
secara tartil setiap hari dalam tahajjud qiyamullail, disertai selalu
melaksanakan sunnah rawatib, dhuha dan tahiyatul masjid, serta
membaca dzikir dzikir yang shahih, bacaan ketika mau tidur dan
setelah bangun, setelah shalat wajib dan di waktu sahur, disertai
mempelajari ilmu yang bermanfaat dan menyibukkan diri
dengannya, ikhlas karena Allah subhanahu wa ta’ala, serta amar
ma’ruf dan nahi mungkar, memberi penjelasan dan pemahaman
terhadap orang bodoh, menegur orang fasik dan semisal yang
2HR. Abu Daud dalam sunannya, bab ‘Berapa membaca al-Qur`an’ no. 1390
dan 1391, keduanya dishahihkan oleh al-Albany (Shahih Sunan Abi Daud
1/261 no. 1239 dan 1240).
4
demikian itu. Disertai menunaikan shalat fardhu berjama’ah dengan
khusyu’, thuma’ninah dan iman. Disertai menunaikan segala
kewajiban dan menjauhi dosa dosa besar, banyak berdo’a dan
istighfar, sedekah, silaturrahim, tawadhu’ dan ikhlas dalam semua
itu, sungguh merupakan pekerjaan agung lagi sangat besar, maqam
ashhabul yamin dan wali wali Allah subhanahu wa ta’ala yang
bertaqwa, maka sesungguhnya semua itu dituntut.
Apabila seorang ahli ibadah menyibukkan diri sekali khatam
setiap hari, maka sungguh ia telah menyalahi hanifiyyah samhah
(jalur agama yang lurus lagi toleran), tidak bisa bangkit melebihi
yang telah kami sebutkan, tidak bisa tadabbur terhadap yang
dibacanya. Sahabat utama ahli ibadah ini berkata tatkala sudah
berusia lanjut: ‘Andaikan aku dahulu menerima keringanan
Rasulullah shallalahu ‘alahi wa sallam.’3
Dari Musayyab bin Rafi’, dari Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Semestinya pemikul al-Qur`an (yang
hapal al-Qur`an) dikenal di malam hari saat manusia tertidur lelap, di
siang harinya saat manusia sedang menyantap makan pagi, dengan
dukanya saat manusia berbahagia, dengan tangisnya saat manusia
sedang tertawa, dengan diamnya saat manusia bersenda gurau, dan
3Bagian dari hadits yang diriwayatkan al-Bukhari no. 5052 dan ucapan adz
Dzahaby dalam Siyar 3/84.
5
dengan khusyu’nya saat manusia menyombongkan diri. Sudah
semestinya pemikul al-Qur`an menangis, berduka, santun, bijaksana
lagi banyak diam. Dan tidak sepantasnya bagi pemikil al-Qur`an
bersikap jafiyan (kaku, tidak akrab), ghafilan (lalai), bersuara keras
dan pemarah.4
Syu’bah dan Hisyam menceritakan dari Qatadah, dari Yunus
bin Jubair, ia berkata: ‘Kami mengunjungi Jundub radhiyallahu
‘anhu, aku berkata: ‘Berilah pesan kepada kami.’ Ia berkata: ‘Aku
berpesan kepadamu agar bertaqwa kepada Allah subhanahu wa
ta’ala dan aku berwasiat kepadamu dengan al-Qur`an,
sesungguhnya ia adalah nur (cahaya) di malam hari yang gelap gulita
dan petunjuk di siang hari. Amalkanlah dengannya atas yang ada
berupa kesusahan dan kekurangan (fakir). Jika ada bala (cobaan)
maka berikanlah hartamu bukan agamamu. Maka jika engkau
melewati bala maka berikanlah harta dan jiwamu bukan agamamu.
Sesungguhnya orang yang hancur adalah yang hancur agamanya dan
orang yang dirampas adalah yang dirampas agamanya. Ketahuilah
bahwasanya tidak ada kekurangan setelah surga dan tidak ada
kekayaan setelah neraka.’5
4Sifat Shafwah 1/413.
5Siyar A’lam Nubala`3/174.
6
Dari Hammad bin Najih, dari Abi ‘Imran al-Jauny, dari
Jundub radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Kami adalah anak anak yang
hampir baligh bersama Rasulullah shallalahu ‘alahi wa sallam, maka
kami mempelajari iman sebelum belajar al-Qur`an, kemudian kami
belajar al-Qur`an maka kami bertambah iman dengannya.6
Dari Hammad bin Zaid, dari ‘Atha` bin Saib, bahwa Abu
Abdurrahman berkata: ‘Kami mengambil (belajar) al-Qur`an dari
kaum yang mengabarkan kepada kami bahwa apabila mereka
mempelajari sepuluh ayat mereka tidak melewatinya kepada
sepuluh ayat yang lain sehingga mereka mengetahui apa yang ada
padanya. Maka kami mempelajari al-Qur`an dan mengamalkannya.
Dan akan datang satu kaum setelah kami yang mempelajari al
Qur`an yang mereka meminumnya seperti meminum air yang tidak
melewati leher mereka.’7
Dari Ishaq bin Ibrahim, ia berkata: ‘Bacaan Fudhail adalah
seperti berduka, sangat menarik, pelan, lurus, seolah olah dia
berbicara kepada manusia. Apabila ia melewati ayat yang
menyebutkan surga, ia mengulang ulanginya.’8
6Siyar A’lam Nubala` 3/175.
7Siyar A’lam Nubala` 4/269
8Sifat Shafwat 2/238.
7